Transportasi
merupakan suatu hal mutlak yang diperlukan terutama pada daerah yang sedang
berkembang. Transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dari satu
tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan kendaraan yang digerakkan oleh manusia atau mesin.
Dengan adanya transportasi, akan mempermudah pergerakan manusia maupun barang
untuk mencapai suatu tujuan. Namun, kondisi saat ini permasalahan transportasi menjadi
topik utama daerah Bali seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk,
perekonomian serta sentral-sentral kegiatan yang berpusat pada perkotaan. Terjadinya
pertumbuhan pusat-pusat kegiatan yang terfokus pada pusat kota menimbulkan
bangkitan pergerakan. Bangkitan pergerakan (Trip Generation) di Provinsi Bali
terpusat di Bali Selatan. Kota Denpasar telah berkembang ke arah luar dan
membentuk aglomerasi dengan kabupaten disekitarnya yaitu Badung, Tabanan dan
Gianyar membentuk Kota Metropolitan Sarbagita.
Permasalahan
transportasi semakin kompleks, kemacetan yang sudah cukup parah
diperkirakan akan semakin parah di masa mendatang. Mengingat pentingnya peranan
transportasi khususnya bagi daerah Bali yang merupakan daerah tujuan wisata
dunia, tentunya diperlukan penanganan yang tepat bagi permasalahan-permasalahan
yang ada. Sebagai langkah awal untuk mencapai solusi yang tepat dalam
penanganan permasalahan transportasi, diperlukan identifikasi permasalahan
transportasi dikawasan Sarbagita. Dalam mengidentifikasi permasalahan ini
dilakukan pendekatan menggunakan teori Marvin L.Manheim (1979), yang dapat
digambarkan dalam diagram sebagai berikut :
Sumber : Marvin L. Manheim
Diagram diatas menunjukkan hubungan keterkaitan
transportasi dan sistem aktivitas yang dapat didefinisikan ke dalam 3 variabel
yaitu (T) sistem transportasi, (A) sistem aktivitas dan (F)
flows/pola arus. Ketiga variable
tersebut memiliki hubungan keterkaitan yang ditunjukkan oleh angka 1,2 dan 3.
Angka (1) menunjukkan pola arus dalam sistem tansportasi ditentukan oleh sistem
Transportasi (T) dan sistem aktivitas (A). Angka (2) menunjukkan pola arus (F)
memberi pengaruh terhadap sistem aktivitas (A). Dan angka (3) menjelaskan pola
arus (F) juga memberi pengaruh terhadap perubahan sistem transportasi (T).
Sistem transportasi dan tata guna lahan memiliki
keterkaitan, sehingga biasanya dianggap membentuk satu landuse transport system. Agar tata guna lahan dapat terwujud
dengan baik maka kebutuhan transportasinya harus terpenuhi. Sebaliknya, sistem
transportasi yang macet tentunya akan menghalangi aktivitas tata guna lahan.
Tata guna lahan adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukkan pembagian
dalam tata ruang dari peran kota, kawasan tempat tinggal, kawasan tempat kerja,
kawasan tempat rekreasi dan sebagainya. Pola distribusi kegiatan guna lahan
pada saat sekarang khususnya di Bali sangat tidak teratur diakibatkan banyaknya
rencana kota yang diabaikan karena alasan ekonomi. Pola penggunaan lahan
umumnya terbentuk polarisasi yaitu munculnya kutub-kutub pertumbuhan, atau
meningkatnya daerah lain akibat dari aktifitas yang berbeda dalam sebuah kota
sehingga pergerakan penduduk di dasari kebutuhan akan pekerjaan, tempat tinggal
serta fasilitas. Pergerakan arus lalulintas (F) akan timbul karena adanya
proses pemenuhan kebutuhan akan aktivitas (A). Setiap sistem aktivitas
mempunyai jenis kegiatan tertentu yang akan membangkitkan pergerakan dan akan
menarik pergerakan dalam proses pemenuhan kebutuhan. Peranan sistem transportasi
(T) serta sistem aktivitas (A) mempengaruhi pola arus (F) tujuan kegiatan. Keteraturan
sistem transportasi (T) di suatu wilayah dapat meningkatkankan pola arus (F) kegiatan
manusia pada ruang tersebut.
Pergerakan arus (F) lalu lintas di Bali bersifat
lintas kabupaten/kota yaitu tata guna lahan (A) berpusat pada Kota Metropolitan
Sarbagita. Ibarat gula yang banyak ditaruh di Bali Selatan, arus lalu
lintas ibarat semut yang berbondong-bondong bergerak ke arah Bali Selatan,
khususnya Denpasar dan Badung Selatan. Aktivitas perhotelan, restoran,
sekolah serta perdagangan dan jasa terus berkembang di Bali Selatan yang
dihubungkan oleh 4 (empat) koridor jalan utama arah Utara-Selatan yaitu Jl.
Imam Bonjol, Jl. Raya Sesetan, Jl. Raya Kerobokan, dan Bypass Ngurah Rai. Pemusatan
kegiatan pada kawasan Sarbagita mengakibatkan besarnya jumlah arus lalu lintas yang
melewati koridor jalan utama ini. Meningkatnya arus lalu lintas menimbulkan
deretan kendaran yang menimbulkan terjadinya tundaan kendaraan serta kemacetan.
Hampir setiap hari, yaitu pagi, siang maupun sore deretan kendaraan pribadi
memenuhi koridor jalan utama ini sehingga berdampak pada kondisi psikologis
para pengguna jalan seperti stress serta tekanan yang menimbulkan emosi.
Prilaku pengemudi yang semakin tak terkendali memicu terjadinya kecelakaan
seperti yang sering terjadi pada Jl. Bypass Ngurah Rai. Selain itu kemacetan
juga memberi pengaruh buruk terhadap lingkungan. Kemacetan yang disebabkan oleh
besarnya penggunaan kendaraan pribadi mengakibatkan polusi udara yang
berpengaruh terhadap kesehatan manusia.
Sistem transportasi (T) disamping sebagai sarana dan
prasaran kegiatan juga berfungsi sebagai alat untuk mempermudah dalam
pencapaian ke lokasi yang dituju. Fungsi utama transportasi sangat erat
hubungannya dengan aksesibilitas, yaitu kemudahan untuk melewatkan besarnya
arus lalu lintas (F) yang menggunakannya. Kecepatan kendaraan yang melalui
suatu ruas jalan dapat mengakibatkan jarak yang jauh seolah-olah menjadi lebih
dekat. Pada kondisi saat ini, kapasitas jaringan jalan sudah mulai
terlampaui dan antrian panjang merupakan pemandangan sehari-hari pada ke-empat
koridor jalan utama tersebut. Pembangunan jaringan jalan baru yaitu Tol Nusa
Dua-Ngurah Rai-Benoa yang berada diatas perairan tentunya akan semakin
mempermudah pergerakan arus lalu lintas pada Kawasan Sarbagita. Pembangunan
infratruktur transportasi untuk mengimbangi laju pertumbuhan arus lalu lintas akan
semakin meningkatkan arus lalu lintas menuju kawasan ini, sehingga menimbulkan
dampak kemacetan baru. Permasalahan kemacetan tentunya akan berpengaruh
terhadap prilaku pengemudi seperti tekanan perasaan maupun stress, kejenuhan
dan menurunnya tingkat konsentrasi sehingga menimbulkan kecelakaan. Selain itu,
meningkatnya penggunaan kendaraan pribadi juga memperburuk kondisi lingkungan
seperti polusi udara serta pemanasan global yang sedang kita rasakan saat ini.
Kesimpulan :
Permasalahan transportasi semakin kompleks,
kemacetan yang sudah cukup parah diperkirakan akan semakin parah di masa
mendatang. Polusi udara dan suara kian meningkat. Kualitas kesehatan
masyarakat kian menurun. Berbagai penyakit terkait polusi udara dan suara kian
meningkat. Kualitas lingkungan dan sosial budaya kemasyarakatan mulai terusik
oleh permasalahan transportasi. Kondisi pariwisata di Bali menjadi taruhan
yang mahal apabila keruwetan transportasi di Kawasan Sarbagita tidak bisa
diatasi. Kesalahan dalam pengelolaan transportasi dapat menyebabkan
permasalahan baru serta memperparah kondisi transportasi. Inti permasalahan
transportasi adalah perkembangan demand yang pesat yang tidak mampu diikuti
oleh perkembangan supply. Dari aspek supply, beberapa alternatif strategi telah
ditawarkan oleh Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Bali seperti Pembangunan Jalan
dan Jembatan Tol Serangan-Tanjung Benoa dengan perkiraan kebutuhan anggaran
melebihi 1 triliyun rupiah. Strategi lainnya adalah dengan
Pembangunan Simpang Tak Sebidang di Simpang Dewa Ruci yang merupakan
persimpangan terpadat di Bali Selatan. Namun, pemecahan masalah dari aspek
supply tersebut diperkirakan hanya mampu menangani permasalahan dalam jangka
pendek. Dari aspek demand, diperlukan pengendalian dengan meningkatkan
peranan Sistem Angkutan Umum. Pemerintah Provinsi Bali sudah bertindak cepat
untuk mengatasi permasalahan kemacetan tersebut. Salah satu solusinya adalah
menyiapkan sarana transportasi masal yang murah dan nyaman. Transportasi itu
diberi nama Trans Sarbagita (Denpasar, Badung, Gianyar, Tabanan). Diharapkan
keberadaan dari Bus Trans Sarbagita menjadi salah satu solusi jangka panjang
untuk mengatasi permasalahan transportasi di Bali khususnya Kawasan Sarbagita.
DAFTAR PUSTAKA
Chapter-2.
http://repository.upi.edu/operator/upload/s_b0351_044335_chapter2.pdf
Diakses tanggal 15/10/2012
Suthanaya’s Blog. 2010. Trans Sarbagita in Bali.
http://suthanaya.wordpress.com/2010/01/14/hello-world/#comments
Diakses tanggal 06/10/2012
Syahriartato’s Blog.
2010. Tata Guna Lahan-Sistem Transportasi Sebagai Subsistem dalam Perencanaan
Pembangunan yang Berkelanjutan.
http://syahriartato.wordpress.com/2009/12/28/tata-guna-lahan-sistem-transportasi-sebagai-subsistem-dalam-perencanaan-pembangunan-yang-berkelanjutan/
Diakses tanggal 15/10/2012
Tamin, O.Z. 2000.
Perencanaan dan Pemodelan Transportasi, ITB,
Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar