Angkutan Massal Bis Trans Sarbagita sebagai bagian dari
Pengembangan Transportasi Modern di Bali
Angkutan umum merupakan salah satu
media transportasi yang digunakan masyarakat secara bersama-sama dengan
membayar tarif. Sejalan dengan peningkatan pendapatan masyarakat khususnya di
Bali, sebagian besar masyarakat mampu membeli kendaraan pribadi. Banyak alasan
untuk memiliki kendaraan pribadi, antara lain karena masalah privasi dan kenyamanan.
Namun dibalik itu semua, besarnya jumlah kepemilikan kendaraan pribadi
menimbulkan permasalahan transportasi yang mengakibatkan kemacetan lalu lintas.
Hal ini sebagai akbiat dari peningkatan jumlah kendaraan pribadi yang tidak
sebanding dengan peningkatan kapasitas jalan. Untuk mengatasi permasalahan
transportasi di di Bali khususnya pada kawasan Sarbagita yang semakin kompleks,
Pemerintah Provinsi Bali telah menyediakan transportasi publik Trans Sarbagita
yang merupakan program penataan angkutan umum di wilayah Sarbagita secara
bertahap. Program penataan angkutan umum di wilayah Sarbagita ini bertujuan
untuk meningkatkan kinerja pelayanan angkutan umum, sehingga dapat menjadi
kendaraan alternatif pilihan bagi masyarakat menuju transportasi yang
berkelanjutan (sustainable transport). Kebutuhan sistem angkutan umum
massal (SAUM) di Kota Metropolitan Sarbagita merupakan kebutuhan standar
untuk kota dengan jumlah penduduk di atas 1 juta jiwa. Kebutuhan ini juga sudah
diakomodasi dalam RTRW Provinsi Bali sebagai payung hukum pengembangan Trans
Sarbagita.
Kondisi Eksisting angkutan umum massal
Bis Trans Sarbagita pada Koridor I (Kota-GWK) berdasarkan Standar Pelayanan
Minimal (SPM) diuraikan sebagai berikut :
Jumlah dan Kapasitas
Bis
Jumlah bis pada koridor I yaitu 10 bis,
tiap hari beroperasi hanya 9 bis. Bis sarbagita koridor I berkapasitas 20
tempat duduk (termasuk tempat duduk untuk lansia/orang cacat) dan 20 berdiri.
Kondisi Halte
Halte-halte koridor I termasuk halte
dengan sistem terbuka. Kondisi sebagian halte berdiri dengan tata guna lahan
yang baik yaitu bangunan halte menjorok ke luar jalan dan sebagian halte masih
berdiri tepat di sisi jalan (diatas trotoar). Ada 15 halte yang dilewati oleh
Bus sarbagita koridor I yaitu: halte SMAN 7 Denpasar, halte Surapati, halte
Sudirman, halte SMAN 2 Denpasar, halte Sanglah, halte Pesanggaran, halte Kodam
TNI, halte Galleria, halte Tuban, halte Kedonganan, halte Kampus Pertanian, halte
Kampus Teknik, halte Kampus MIPA, halte Kampus Politeknik, halte Gwk.
Headway
Bis Trans Sarbagita beroperasi setiap
hari mulai pukul 05.00 – 21.00 WITA dengan headway keberangkatan setiap 15
menit. Dengan kondisi lalu lintas yang tidak stabil yaitu faktor kemacetan lalu
lintas terkadang mengakibatkan headway melebihi 15 menit.
Kecepatan Bis
Kecepatan Bis Trans Sarbagita berkisar
antara 40 – 50 km/jam tergantung dari kondisi arus lalu lintas sepanjang rute
perjalanan.
Waktu Tunggu di
Halte
Waktu tunggu di Halte Bis bervariasi
berkisar 15 – 40 menit, dipengaruhi oleh faktor jam puncak arus lalu lintas,
pada jam – jam puncak waktu tunggu di halte cenderung lebih lama.
Load Factor
Faktor muat (load factor) adalah perbandingan antara
permintaan (demand) dengan penyediaan
(supply). Faktor muat (load factor) merupakan rasio antara
kapasitas terjual dan kapasitas tersedia untuk satu perjalanan yang biasa
dinyatakan dalam persen. Standar Load
Factor yang ditetapkan oleh Departemen Perhubungan adalah 20% untuk tahun pertama
pengoperasian.
Sedangkan kondisi Eksisting angkutan
umum massal Bis Trans Sarbagita pada Koridor II (Batubulan-Nusa Dua) berdasarkan
Standar Pelayanan Minimal (SPM) diuraikan sebagai berikut :
Jumlah dan
Kapasitas Bis
Jumlah bis pada koridor II yaitu 15 bis,
tiap hari beroperasi hanya 9 bis. Dari 9 bis tersebut dibagi menjadi dua yaitu
bis bernomor genap mulai beroperasi di Nusa Dua dan bis bernomor ganjil mulai
beroperasi di Batubulan. Bus sarbagita koridor II berkapasitas 33 tempat duduk
(termasuk empat kursi bagi penumpang berkebutuhan khusus, seperti ibu hamil,
orang tua yang membawa bayi, penyandang cacat, serta orang yang lanjut usia
(lansia) dan 50 berdiri.
Kondisi Halte
Halte-halte
koridor II termasuk halte dengan sistem terbuka. Kondisi sebagian halte berdiri
dengan tata guna lahan yang baik yaitu bangunan halte menjorok ke luar jalan
dan sebagian halte masih berdiri tepat di sisi jalan. Ada 21 halte yang dilewati oleh Bus sarbagita
koridor II yaitu : halte terminal Batubulan (selama perbaikan, halte terminal
Batubulan dipindah sementara ke balai penimbangan), halte Tohpati, halte I. B.
Mantra, halte Matahari Terbit, halte sindhu, halte SLTPN 9 Denpasar, halte
danau poso, halte serangan, halte pesanggaran, halte Kodam TNI, halte Dewa
Ruci, halte Sentral Parkir, halte Sunset Road Timur, halte Galleria, halte
Tuban, halte Kedonganan, halte Taman Griya, halte Taman Mumbul, halte Bualu,
halte Gardu PLN, halte BTDC.
Headway
Bis Trans Sarbagita beroperasi setiap
hari mulai pukul 05.00 – 21.00 WITA dengan headway keberangkatan setiap 15
menit.
Kecepatan Bis
Kecepatan Bis Trans Sarbagita berkisar
antara 40 – 50 km/jam tergantung dari kondisi arus lalu lintas sepanjang rute
perjalanan.
Waktu Tunggu di
Halte
Waktu tunggu di Halte Bis bervariasi
berkisar 15 – 40 menit, dipengaruhi oleh factor jam puncak arus lalu lintas,
pada jam – jam krodit waktu tunggu di halte cenderung lebih lama.
Load Factor
Standar Load Factor yang ditetapkan oleh
Departemen Perhubungan adalah 20% untuk tahun pertama pengoperasian.
Perbandingan
Kondisi Eksisting Bis Trans Sarbagita untuk Koridor I (Kota – GWK) dan Koridor
II (Batubulan – Nusa Dua)
a.
Dilihat
dari Jumlah Armada yang melayani masing – masing rute perjalanan. Pada Koridor
I dan Koridor II yang beroprasi sebanyak 9 bis, dengan kapasitas yang berbeda.
Koridor II memiliki kapasitas angkut yang lebih besar.
Sementara jumlah pengguna Bis
Trans Sarbagita cukup banyak pada Koridor I terutama pada hari kerja, sedangkan
jumlah pengguna Bis Trans Sarbagita pada Koridor II justru padat pada akhir
pekan.
b.
Jumlah
halte Koridor II jauh lebih banyak dari Koridor I
Saran
– saran perbaikan pelayanan Bis Trans Sarbagita berdasarkan Kondisi SPM pada
masing – masing korior adalah :
1.
Perlu
adanya penambahan armada dengan kapasitas yang lebih besar pada Koridor I,
dilihat dari banyaknya jumlah pengguna angkutan ini terutama pada jam – jam
sibuk. Seringkali calon penumpang harus menunggu bis berikutnya untuk dapat
melakukan perjalanan, sehingga waktu tunggu di halte menjadi lebih lama.
2.
Waktu
sirkulasi kendaraan stabil, sehingga penumpang mampu memprediksi kedatangan bis
sehingga waktu tunggu tidak terlalu lama.
3.
Secara
umum kenyamanan Bis Trans Sarbagita sudah cukup baik untuk ukuran angkutan umum
massal, tapi perlu ditingkatkan kebersihan di dalam Bis, diusahakan kebersihan
bis dicek setiap hari seperti debu yang mengganggu pernafasan.
4.
Perlu
diperhatikan halte – halte yang bersifat tidak permanen, seperti halte di depan
Kampus Saraswati arah balik dari GWK, dengan kondisi demikian penumpang sulit
turun dari bis apabila pemberhentian bis tidak mepet ke halte. Kemudian untuk
halte permanent perlu dijaga kebersihan dan kelayakan halte.
5.
Memaksimalkan
angkutan pengumpan (feeder) pada masing – masing wilayah Sarbagita. Konsep
angkutan umum yang ada saat ini hanya melayani sistem point
to point, dapat dipecahkan dengan optimalisasi angkutan pengumpan ini.
6.
Kurangnya
sosialisasi Pemerintah terhadap operasional Bis Trans Sarbagita, terutama rute
untuk trayek pengumpan. Misalnya bisa dilakukan sosialisasi lewat media cetak
untuk jadwal keberangkatan bis, trayek pengumpan dan rute perjalanan.
7.
Bis
Trans Sarbagita diharapkan mampu menjadi Bus Priority seperti Busway di
Jakarta. Dengan jadwal pelayanan dan operasional yang jelas serta trayek yang
tepat menuju pusat – pusat kegiatan, kemungkinan besar pengguna angkutan
pribadi akan berpindah ke angkutan umum massal Bis Trans Sarbagita.
8.
Selain
itu untuk meningkatkan kinerja dan yang paling utama adalah masalah ketepatan
waktu, diharapkan bis Sarbagita ini memiliki jalur khusus agar tidak bergabung
bersama arus lalu lintas lainnya sehingga ketepatan headway pada jam puncak
bisa tercapai.
Kedepannya keberadaan angkutan umum
Trans Sarbagita dapat mengurangi kepadatan lalu lintas dan permintaan ruang
parkir serta mengurangi gas buang kendaraan (CO2) guna mendukung program Bali
Clean and Green. Konsep moda transportasi yang nyaman harus menjadi prioritas
pemerintah dalam menawarkan pilihan angkutan publik ke masyarakat. Untuk
membangun transportasi massal modern yang nyaman, keterkaitan antara subsistem
aktivitas (A), subsistem transportasi (T), subsistem arus (F) (Mainheim, 1979)
sangat diperlukan sebab peranan sistem transportasi (T) serta sistem aktivitas
(A) mempengaruhi pola arus (F) tujuan kegiatan.
Suthanaya.Wordpress.com/Trans
Sarbagita in Bali
Adi Putri, K. 2012. Analisis Kelayakan Finansial dan Dampak Pengoprasian Angkutan Umum
Massal Trans Sarbagita (Koridor I : Kota – Sudirman – Pesanggaran – Dewaruci –
Jimbaran – Kampus Unud – GWK). Tesis Program Pascasarjana Universitas
Udayana. Denpasar
weeeits tak sengaja menemukan blog sohibku yg satu ini
BalasHapus