Senin, 03 Desember 2012

TEORI MANHEIM-PASCA


Transportasi merupakan suatu hal mutlak yang diperlukan terutama pada daerah yang sedang berkembang. Transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan kendaraan yang digerakkan oleh manusia atau mesin. Dengan adanya transportasi, akan mempermudah pergerakan manusia maupun barang untuk mencapai suatu tujuan. Namun, kondisi saat ini permasalahan transportasi menjadi topik utama daerah Bali seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk, perekonomian serta sentral-sentral kegiatan yang berpusat pada perkotaan. Terjadinya pertumbuhan pusat-pusat kegiatan yang terfokus pada pusat kota menimbulkan bangkitan pergerakan. Bangkitan pergerakan (Trip Generation) di Provinsi Bali terpusat di Bali Selatan. Kota Denpasar telah berkembang ke arah luar dan membentuk aglomerasi dengan kabupaten disekitarnya yaitu Badung, Tabanan dan Gianyar membentuk Kota Metropolitan Sarbagita.
Permasalahan transportasi semakin kompleks, kemacetan yang sudah cukup parah diperkirakan akan semakin parah di masa mendatang. Mengingat pentingnya peranan transportasi khususnya bagi daerah Bali yang merupakan daerah tujuan wisata dunia, tentunya diperlukan penanganan yang tepat bagi permasalahan-permasalahan yang ada. Sebagai langkah awal untuk mencapai solusi yang tepat dalam penanganan permasalahan transportasi, diperlukan identifikasi permasalahan transportasi dikawasan Sarbagita. Dalam mengidentifikasi permasalahan ini dilakukan pendekatan menggunakan teori Marvin L.Manheim (1979), yang dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut :
Sumber : Marvin L. Manheim

Diagram diatas menunjukkan hubungan keterkaitan transportasi dan sistem aktivitas yang dapat didefinisikan ke dalam 3 variabel yaitu (T) sistem transportasi, (A) sistem aktivitas dan  (F) flows/pola arus. Ketiga variable tersebut memiliki hubungan keterkaitan yang ditunjukkan oleh angka 1,2 dan 3. Angka (1) menunjukkan pola arus dalam sistem tansportasi ditentukan oleh sistem Transportasi (T) dan sistem aktivitas (A). Angka (2) menunjukkan pola arus (F) memberi pengaruh terhadap sistem aktivitas (A). Dan angka (3) menjelaskan pola arus (F) juga memberi pengaruh terhadap perubahan sistem transportasi (T).
Sistem transportasi dan tata guna lahan memiliki keterkaitan, sehingga biasanya dianggap membentuk satu landuse transport system. Agar tata guna lahan dapat terwujud dengan baik maka kebutuhan transportasinya harus terpenuhi. Sebaliknya, sistem transportasi yang macet tentunya akan menghalangi aktivitas tata guna lahan. Tata guna lahan adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukkan pembagian dalam tata ruang dari peran kota, kawasan tempat tinggal, kawasan tempat kerja, kawasan tempat rekreasi dan sebagainya. Pola distribusi kegiatan guna lahan pada saat sekarang khususnya di Bali sangat tidak teratur diakibatkan banyaknya rencana kota yang diabaikan karena alasan ekonomi. Pola penggunaan lahan umumnya terbentuk polarisasi yaitu munculnya kutub-kutub pertumbuhan, atau meningkatnya daerah lain akibat dari aktifitas yang berbeda dalam sebuah kota sehingga pergerakan penduduk di dasari kebutuhan akan pekerjaan, tempat tinggal serta fasilitas. Pergerakan arus lalulintas (F) akan timbul karena adanya proses pemenuhan kebutuhan akan aktivitas (A). Setiap sistem aktivitas mempunyai jenis kegiatan tertentu yang akan membangkitkan pergerakan dan akan menarik pergerakan dalam proses pemenuhan kebutuhan. Peranan sistem transportasi (T) serta sistem aktivitas (A) mempengaruhi pola arus (F) tujuan kegiatan. Keteraturan sistem transportasi (T) di suatu wilayah dapat meningkatkankan pola arus (F) kegiatan manusia pada ruang tersebut.
Pergerakan arus (F) lalu lintas di Bali bersifat lintas kabupaten/kota yaitu tata guna lahan (A) berpusat pada Kota Metropolitan Sarbagita. Ibarat gula yang banyak ditaruh di Bali Selatan, arus lalu lintas ibarat semut yang berbondong-bondong bergerak ke arah Bali Selatan, khususnya Denpasar dan Badung Selatan. Aktivitas perhotelan, restoran, sekolah serta perdagangan dan jasa terus berkembang di Bali Selatan yang dihubungkan oleh 4 (empat) koridor jalan utama arah Utara-Selatan yaitu Jl. Imam Bonjol, Jl. Raya Sesetan, Jl. Raya Kerobokan, dan Bypass Ngurah Rai. Pemusatan kegiatan pada kawasan Sarbagita mengakibatkan besarnya jumlah arus lalu lintas yang melewati koridor jalan utama ini. Meningkatnya arus lalu lintas menimbulkan deretan kendaran yang menimbulkan terjadinya tundaan kendaraan serta kemacetan. Hampir setiap hari, yaitu pagi, siang maupun sore deretan kendaraan pribadi memenuhi koridor jalan utama ini sehingga berdampak pada kondisi psikologis para pengguna jalan seperti stress serta tekanan yang menimbulkan emosi. Prilaku pengemudi yang semakin tak terkendali memicu terjadinya kecelakaan seperti yang sering terjadi pada Jl. Bypass Ngurah Rai. Selain itu kemacetan juga memberi pengaruh buruk terhadap lingkungan. Kemacetan yang disebabkan oleh besarnya penggunaan kendaraan pribadi mengakibatkan polusi udara yang berpengaruh terhadap kesehatan manusia.
Sistem transportasi (T) disamping sebagai sarana dan prasaran kegiatan juga berfungsi sebagai alat untuk mempermudah dalam pencapaian ke lokasi yang dituju. Fungsi utama transportasi sangat erat hubungannya dengan aksesibilitas, yaitu kemudahan untuk melewatkan besarnya arus lalu lintas (F) yang menggunakannya. Kecepatan kendaraan yang melalui suatu ruas jalan dapat mengakibatkan jarak yang jauh seolah-olah menjadi lebih dekat. Pada kondisi saat ini, kapasitas jaringan jalan sudah mulai terlampaui dan antrian panjang merupakan pemandangan sehari-hari pada ke-empat koridor jalan utama tersebut. Pembangunan jaringan jalan baru yaitu Tol Nusa Dua-Ngurah Rai-Benoa yang berada diatas perairan tentunya akan semakin mempermudah pergerakan arus lalu lintas pada Kawasan Sarbagita. Pembangunan infratruktur transportasi untuk mengimbangi laju pertumbuhan arus lalu lintas akan semakin meningkatkan arus lalu lintas menuju kawasan ini, sehingga menimbulkan dampak kemacetan baru. Permasalahan kemacetan tentunya akan berpengaruh terhadap prilaku pengemudi seperti tekanan perasaan maupun stress, kejenuhan dan menurunnya tingkat konsentrasi sehingga menimbulkan kecelakaan. Selain itu, meningkatnya penggunaan kendaraan pribadi juga memperburuk kondisi lingkungan seperti polusi udara serta pemanasan global yang sedang kita rasakan saat ini.

Kesimpulan :
Permasalahan transportasi semakin kompleks, kemacetan yang sudah cukup parah diperkirakan akan semakin parah di masa mendatang. Polusi udara dan suara kian meningkat. Kualitas kesehatan masyarakat kian menurun. Berbagai penyakit terkait polusi udara dan suara kian meningkat. Kualitas lingkungan dan sosial budaya kemasyarakatan mulai terusik oleh permasalahan transportasi. Kondisi pariwisata di Bali menjadi taruhan yang mahal apabila keruwetan transportasi di Kawasan Sarbagita tidak bisa diatasi. Kesalahan dalam pengelolaan transportasi dapat menyebabkan permasalahan baru serta memperparah kondisi transportasi. Inti permasalahan transportasi adalah perkembangan demand yang pesat yang tidak mampu diikuti oleh perkembangan supply. Dari aspek supply, beberapa alternatif strategi telah ditawarkan oleh Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Bali seperti Pembangunan Jalan dan Jembatan Tol Serangan-Tanjung Benoa dengan perkiraan kebutuhan anggaran melebihi 1 triliyun rupiah. Strategi lainnya adalah dengan Pembangunan Simpang Tak Sebidang di Simpang Dewa Ruci yang merupakan persimpangan terpadat di Bali Selatan. Namun, pemecahan masalah dari aspek supply tersebut diperkirakan hanya mampu menangani permasalahan dalam jangka pendek. Dari aspek demand, diperlukan pengendalian dengan meningkatkan peranan Sistem Angkutan Umum. Pemerintah Provinsi Bali sudah bertindak cepat untuk mengatasi permasalahan kemacetan tersebut. Salah satu solusinya adalah menyiapkan sarana transportasi masal yang murah dan nyaman. Transportasi itu diberi nama Trans Sarbagita (Denpasar, Badung, Gianyar, Tabanan). Diharapkan keberadaan dari Bus Trans Sarbagita menjadi salah satu solusi jangka panjang untuk mengatasi permasalahan transportasi di Bali khususnya Kawasan Sarbagita.













DAFTAR PUSTAKA
Chapter-2.
           http://repository.upi.edu/operator/upload/s_b0351_044335_chapter2.pdf
           Diakses tanggal 15/10/2012
Suthanaya’s Blog. 2010. Trans Sarbagita in Bali.
           http://suthanaya.wordpress.com/2010/01/14/hello-world/#comments
           Diakses tanggal 06/10/2012
Syahriartato’s Blog. 2010. Tata Guna Lahan-Sistem Transportasi Sebagai Subsistem dalam Perencanaan Pembangunan yang Berkelanjutan.
           http://syahriartato.wordpress.com/2009/12/28/tata-guna-lahan-sistem-transportasi-sebagai-subsistem-dalam-perencanaan-pembangunan-yang-berkelanjutan/
           Diakses tanggal 15/10/2012
Tamin, O.Z. 2000. Perencanaan dan Pemodelan  Transportasi, ITB, Bandung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar